Dari Sanitasi hingga UMKM Pangan, Begini Strategi Pemkot Metro Tekan Angka Stunting

Dari Sanitasi hingga UMKM Pangan, Begini Strategi Pemkot Metro Tekan Angka Stunting

Wakil Wali Kota Metro, M. Rafieq Adi Pradana --Ist

KOTAMETRO, INFOWAW.ID -  Pemerintah Kota Metro terus meningkatkan fokus penanganan stunting di kota setempat. 

Di mana fokus penanganan stunting akan dilakukan dengan membangun sistem pemberdayakan keluarga dan meningkatkan layanan dasar masyarakat. 

Demikian disampaikan Wakil Wali Kota Metro, M. Rafieq Adi Pradana kepada awak media pada Kamis 16 Oktober 2025.

Ia mengatakan, Pemkot Metro kini fokus menyiapkan strategi baru yang lebih berorientasi pada pemberdayaan, disiplin data, dan tata kelola yang presisi. 

BACA JUGA:dr. Achmad Redho Akbar Ditunjuk Jadi Plt Kadisporapar

"Kita tahu APBN sudah mengurus makanannya. Nah APBD kita arahkan untuk memastikan keluarganya berdaya, lingkungannya sehat, dan layanannya presisi," ujarnya. 

Ia menjelaskan, fokus penanganan  stunting tersebut dilakukan dengan menyusun anggaran perencanaan pada APBD tahun 2026 sebesar Rp 23,8 miliar.

Anggaran tersebur akan dipergunakan untuk mendanai strategi besar menuju Zero Stunting 2026. Anggaran tersebu diketahui berdasarkan tetapi hasil kalkulasi kebutuhan riil dalam menutup kesenjangan layanan dasar dan memperkuat ketahanan keluarga.

"Jadi ada lima prioritas utama. Yang pertama, menutup kesenjangan sanitasi dan air layak, agar risiko infeksi yang menghambat tumbuh kembang anak dapat dieliminasi," terangnya. 

BACA JUGA:Permudah Akses Legalitas, Pemkot Metro Bimbing Pelaku UMKM

Kemudian kedua, anggaran tersebut akan dipergunakan untuk menguatkan layanan keluarga dan kesehatan reproduksi terutama dalam edukasi dan pencegahan kehamilan berisiko. 

Lalu, ketiga memperkuat pemantauan balita di puskesmas dan posyandu. Sehingga tidak ada anak yang luput dari ukur-timbang dan tindak lanjut. 

"Keempat anggaran ini akan digunakan untuk memberdayakan ekonomi rumah tangga berisiko stunting. Yakni dengan memberikan pelatihan dan bantuan aset produktif tanpa mekanisme kredit yang membebani," jelasnya. 

Selanjutnya, penanganan kelima dilakukan dengan menata ekosistem UMKM pangan bergizi. Langkah ini dilakukan melalui perizinan higienis, pengawasan mutu, dan dukungan pada produksi lokal. 

Tag
Share
Berita Lainnya